Inilah pernak-pernik cerita kehidupan para pengrajin sulak tradisional di Ngriman Lor :
1. Biasanya para suami merantau menjual sulak di kota lain : mbah Yitno, mbah Parmo, mbah redjo, Mas Parto, bedjo, Parman, Ripto, Wakiman, Sajiman, dll
2. Selain berjualan sulak, mereka juga mencari bahan baku bulu ayam di kota lain. Pada saat mengirimkan bulu ayam dari kota lain misalkan jakarta, mereka ikut menyelipkan kiriman bahan-bahan kebutuhan rumah tangga : sabun, sikat, dll. Tak lupa mereka membelikan baju untuk anak-anak mereka untuk diselipkan di tengah karung bulu ayam. Mereka juga sering menyelipkan bermacam-macam roti ke dalam karung bulu ayam itu.
3. Pulang mudik setelah beberapa bulan / tahun
Inilah perjuangan hidup mereka : berjumpa dengan anak istri dalam beberapa bulan atau bahkan 1 atau 2 tahun sekali. Jika tidak ada keperluan mendesak seperti hajatan maka jadwal rutin pulang kampung adalah lebaran. Uniknya pada saat pulang mereka selalu membawa oleh-oleh bermacam-macam roti. untuk dibagikan ke tetangga di rumah. Teman-teman seperantauan yang kebetulan tidak punya jadwal pulang biasanya akan menitipkan uang ke orang yang pulang kampung.
4. Sulak dikirmkan via Kobra
Pembuatan sulak di rumah dan setelah itu dikirimkan ke Jakarta melalui Kobra, sebuah jasa kurir di Klaten langganan mereka. Pak Harto (alm) adalah pemilik Kobra. untuk membawa paket sulak dari rumah ke Kobra di Kota Klaten biasanya melalui jasa becak lik Nyono
5. Mengirimkan uang ke kampung via Kobra
uang hasil penjualan sulak akan dikirimkan ke kampung untuk kebutuhan hidup dan untuk dibelikan bahan pembuatan sulak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar